• Breaking News

    Glest RadioSini...::...Iklankan Produk dan Usaha Anda di www.glestradio.com atau di Glest Radio ...::...Anda Sedang Mendengarkan Glest Radio Streaming, yang dipancarluaskan dari Graha Glest - Tangerang - Banten....::...GLEST GO Green...:::...Mau Pasang iklan Di Glest Radio atau situs glestradio.com silahkan Klik Di Sini

    Berakit-rakit di Cisadane, Sampai Tujuan Bambu Dijual

    GlestRadio.com. - Berakit-rakit ke hulu, sampai Pintu Air, Batuceper, Cengkareng dan Pesing, rakit pun dibongkar dan dijual kepada masyarakat untuk dimanfaatkan membangun rumah dan keperluan lainnya.
    Sebaris kalimat di atas, memang mirip salah-satu syair lagu dangdut Rhoma Irama, tetapi pemanfaatan alur Sungai Cisadane yang merentang dari sumber mata airnya di Bogor sampai ke Laut Jawa melalui Tangerang dan DKI Jakarta memang menjadi moda transportasi air membawa rakit bambu untuk konsumsi masyarakat.


    Kisah sekelompok pedagang bambu membawa dagangannya yang dikemas dalam rakit bambu terjadi di Sungai Cidadane sejak ratusan tahun lalu dan berakhir sejak pemakaian bambu untuk membangun rumah dikalahkan kaso kayu dan plat baja tipis, di kurun waktu 25 tahun lalu.

    Di masa lalu, pedagang bambu asal Bogor dan sedikit asal Tangerang membeli bambu dari pemiliknya langsung di kebon bambu kawasan hutan di hulu sungai. Bambu dalam jumlah banyak itu lalu dikemas menjadi rakit dengan lebar 2-3 meter dan panjang sesuai panjang bambu bisa mencapai 17-25 meter.

    Rakit ini, kemudian dihanyutkan ke Sungai Cisadane dengan pedagangnya bisa terdiri dari 2-4 orang menumpang di atasnya. Maka dilakukan perjalanan air membawa rakit bambu ke Kota Tangerang dan Jakarta Barat, yang bisa memakan waktu seharian. Tentu saja, perjalanan ini dilakukan karena waktu itu perjalanan membawa bambu dengan mobil, semisal truk masih susah.

    Pedagang layaknya pelayar rakit petualang harus selalu siap-siaga menyodokkan bilah bambu ke dasar sungai mendorong rakit melaju atau menghindari rintangan di sungai. Memang banyak aral rintangan, semisal bongkahan batu mengancam, atau hewan liar di sungai, atau air deras karena sungai meluap di saat hujan, harus dilawannya.  

    Penuhi Sungai
    Di waktu itu, pemandangan iring-iringan rakit bambu melintas tengah Sungai Cisadane menjadi tontonan petualangan para anak-anak yang bersahabat dengan sungai di Kota Tangerang. Tak sedikit yang berenang mendekat rakit dan menaikinya, sehingga sesekali dimarahi pedagang bambu.

    Sesampai di kawasan Pintu Air di Kampung Benteng Makasar, tepatnya mulai dari belakang Mapolres Metro Tangerang saat ini sampai Pintu Air, dijadikan lokasi pusat penjualan bambu terbesar di Kota Tangerang waktu itu. 
    Di sini memang sebagian besar rakit-rakit dibongkar pedagang dan mulai dijajakan. Tentu saja, setiap harinya puluhan masyarakat datang ke sini untuk membeli bambu, ada yang membeli dalam jumlah banyak dan ada yang membeli beberapa bilah saja. Di kawasan bantaran sungai pun dibangun gubuk-gubuk bambu yang ditempati pedagang nasi, kopi, dan kios transaksi jual-beli bambu.
    Sebagian rakit lainnya,lalu dibawa ke kawasan Pintu Air Sepuluh dan di sana menjadi lokasi transaksi jual-beli rakit terbesar kedua di Kota Tangerang. 

    Dibawa ke Jakarta
    Tetapi ada juga pedagang bambu, yang tak mengakhiri perjalanannya di Pintu Air dan Pintu Air Sepuluh, tetapi melanjutkannya ke Batuceper, Cengkareng, Pesing, dan Kota di DKI Jakarta. Untuk sampai ke Batuceper dan Jakarta, rakit harus melewati pintu masuk-keluar air di bendungan Pintu Air yang ada di Kampung Pintu Air itu.
    Perjuangan rakit yang panjang masuk dua pintu air ini harus dilewati dengan kesiagaan penuh pedagang, karena rakit yang sudah masuk kawasan bendungan penurun permukaan air, harus hati-hati jangan sampai bilah bambu yang panjang terjepit pintu yang ditutup. 

    Lalu saat permukaan air sudah turun sama dengan permukaan air di bagian sungai lainnya, maka pedagang pun harus buru-buru melajukan rakit agar tak tergencet pintu yang selanjutkan akan ditutup lagi. Setelah itu mereka pun mengarungi Kali Mokervart.

    Persinggahan jual-beli bambu selanjutnya adalah kawasan Batuceper di dua lokasi terbesarnya, yaitu di bantaran sungai Kampung Tanah Tinggi mendekati Jembatan Batuceper dan kawasan Kampung Batuceper, depan Kantor Kecamatan Batuceper. Di dua lokasi ini ada saja setiap harinya masyarakat membeli bambu.
    Persinggahan selanjutnya adalah Pasar Cengkareng, tepatnya kini di  Perempatan Cengkareng-Kamal-Kebon Jeruk. Lalu persinggahan lainnya di kawasan Pesing, dan Kota.

    Inilah perjalanan petualangan transaksi jual-beli bambu melalui moda transportasi Sungai Cisadane. Di zaman modern saat ini, kini napak tilas para pembawa rakit bambu mengarungi Sungai Cisadane akan diwujudkan dengan mengembangkan program water ways oleh Pemkot Tangerang. Ya semoga saja

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    Hosting Unlimited Indonesia
    DomaiNesia

    Feng Shui

    Promo