Berangkat ke Tanah Suci sering menjadi pengalaman pertama bagi calon jamaah haji. Pengalaman pertama ke luar negeri, pengalaman pertama lama meninggalkan keluarga, bahkan pengalaman pertama naik pesawat terbang.
Perjalanan dengan pesawat ke Tanah Suci membutuhkan waktu cukup lama. Jika lancar, sekitar sembilan jam dari Jakarta. Untuk jamaah gelombang pertama, tak semua penerbangan langsung ke Madinah. Jamaah dari embarkasi Jakarta dan Medan akan langsung mendarat di bandara Amir Muhammad bin Abdul Azis (AMAA) Madinah. Sedangkan embarkasi lainnya akan mendarat di bandara King Abdul Azis (KAA) Jeddah, lalu melanjutkan perjalanan darat yang ditempuh dalam waktu 4-5 jam. Untuk gelombang kedua, semua mendarat di KAA, kemudian menuju Makkah.
Sebelum berangkat jamaah hendaknya sudah tahu dimana pesawat akan mendarat atau transit. Bagi jamaah gelombang kedua, atau ONH Plus yang langsung menuju Makkah, kain ihram wajib dimasukkan ke dalam tas tentengan. Jangan masukkan ke dalam koper besar karena ihram sudah harus dipakai ketika pesawat melewati miqat (sekitar Yalamlam). Biasanya satu jam sebelum sampai batas miqat awak pesawat mengumumkan agar calon jamaah haji mempersiapkan diri untuk berihram.
Jamaah yang kurang sehat, atau menderita sakit tertentu dianjurkan untuk melapor pada dokter rombongan. Bagi jamaah yang dalam keadaan flu atau pilek sebaiknya banyak mengunyah permen saat mengudara atau pun mendarat. Keluhan yang sering dialami jamaah yang sedang flu adalah rasa sakit yang sangat di kepala dan telinga. Pendengaran pun jadi terganggu. Sebelum berangkat jamaah juga perlu mempelajari tata cara tayamum.
Mengunci pintu dilakukan dengan cara menggeser kunci ke arah kiri. Untuk menggunakan air dingin tekan keran air bertanda warna biru. Sedangkan keran warna merah untuk air panas. Untuk menyiram kotoran di lobang kloset lakukan dengan menekan tombol bertanda flush. Untuk membuang air dari bejana penampungan air kotor tekan tombol di antara dua keran.
Terbang sekian jauh dan lama tentu menimbulkan kesulitan, terutama bagi yang belum pernah naik pesawat. Sebaiknya jamaah tak perlu sungkan-sungkan untuk meminta tolong atau bertanya kepada awak kabin jika menemui kesulitan.Sejumlah penerbangan terutama Garuda menyediakan pramugari yang bisa berbahasa daerah sesuai dengan asal jamaah. Dengan begitu jamaah yang tak bisa berbahasa Indonesia tetap bisa berkomunikasi. (haji.depag.go.id/rmb)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar