Sanaa - Pergolakan terus melanda Yaman. Korban jiwa pun terus berjatuhan. Uni Eropa kembali mendesak Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh untuk mengundurkan diri sesuai tuntutan para demonstran.
Desakan itu disampaikan kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Catherine Ashton yang terkejut akan aksi penembakan yang dilakukan pasukan Yaman terhadap para demonstran di Kota Taiz.
"Saya kaget dan mengutuk sekeras-kerasnya penggunaan kekerasan dan amunisi asli terhadap para demonstran damai di Kota Taiz," ujar Ashton.
"Represi yang terus dilakukan rezim Yaman serta pelanggaran HAM dan hukum kemanusiaan internasional yang parah itu tak bisa diterima. Mereka yang bertanggung jawab atas perbuatan itu harus diadili," tegas Ashton dalam statemennya seperti dilansir kantor berita AFP, Selasa (31/5/2011).
Ashton pun mendesak pemerintah Yaman untuk mengizinkan Komisioner Tinggi PBB untuk HAM melakukan penilaian independen atas situasi di Yaman.
"Saya mendesak kembali Presiden Saleh untuk memenuhi tuntutan sah rakyat Yaman terkait transisi politik, menghentikan kekerasan dan mengakhiri pelanggaran HAM," cetus Ashton.
Kantor HAM PBB menyatakan, pasukan pemerintah Yaman telah menewaskan lebih dari 50 orang sejak insiden berdarah Minggu, 29 Mei lalu di Kota Taiz. Peristiwa itu terjadi ketika pasukan Yaman menyerbu Lapangan Kemerdekaan di pusat Kota Taiz untuk mengusir para demonstran yang berkumpul di lapangan tersebut.
Para demonstran telah berbulan-bulan menduduki lapangan tersebut dengan mendirikan tenda-tenda untuk menginap. Mereka terus mendesak pengunduran diri Saleh yang telah berkuasa lebih dari 30 tahun.
(ita/nrl)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar